Thursday 13 November 2008

LIAT

Anda punya rahsia atau petua bagaimana melembutkan daging yang liat? Saya punya, yang entah benar entah tidak. Ini kerana saya sendiri tidak pernah mencubanya, saya sendiri tidak di”turunkan” petua ini kepada saya. Tetapi saya merungkai petua melunak lembutkan daging liat ini lewat pemerhatian saya, terhadap masakan dan kaedah yang digunakan oleh ibu saya tiap kali berhadapan dengan daging yang liat.

Petuanya mudah saja. Anda rendamkan dan rebuskan daging itu di dalam air. Maka lunaklah ia -insyaALLAH. Adakah petua menghilangkan keliatan daging yang saya kemukan ini benar? Adakah anda setuju dengan petua saya?

Begitulah menghadapi keliatan manusia. Manusia -pada ketikanya- akan liat untuk bangun tahajud. Liat untuk bangun solat Subuh. Bahkan terlebih liat untuk bangun mempertahan dan memperjuangkan kemuliaan dan eksistensi agamanya. Maka, bagaimana caranya melunakkan rasa liat ini?

Rendamkanlah dirimu dalam “air” yang memang sifatnya melembutkan. Kalau selama ini sang daging bercengkarama dengan keliatannya di atas darat, maka ianya bisa dirungkai tatkala ia menghadapi hidup di dalam air. Segeralah cari “air” bagi memulakan kehidupan barumu. Air itu berupa suasana beragama, suasana tarbiyah, suasana zikir dan fikir.

Itulah sebabnya Nabi SAW dirunkan ke persada bumi ini, guna untuk mensucikan (tazkiyah) relung-relung hati manusia, selain mentilawah membacakan ayat-ayat ALLAH kepada mereka dan mengajarkan buat mereka khazanah ilmu dan hikmah (Surah 62:2).

Itulah sebabnya, Nabi SAW sudah memperingatkan betapa seketul daging di dalam tubuh anak Adam itulah yang menentukan liat tak liatnya ia kepada kebaikan dan kebenaran, atau lemahnya ia hingga melutut kepada gudang kemaksiatan.

Ini kerana hati itu bisa keras, maka lembutkanlah ia dengan zikrullah. Lunakkanlah ia dengan tilawah. Suburkanlah ia dengan tarbiyah, berbaja dan bersiramkan ukhuwwah islamiyah. Segeralah masuk ke jeram air itu, agar kita jauh dari pancingan syahwat. Benarlah dikau duhai Imam as-Syafi’e; “sibukkanlah dirimu dengan ibadah, jika tidak, engkau akan disibukkan dengan maksiat.”


Dari blog Tadabbur al-Muhandis

No comments: