Monday 28 September 2009

Di Titik Lemah Ujian Datang

"Tanyakan pada mereka tentang negeri di tepi pantai, ketika mereka melampaui batas aturan Allah di hari sabtu, ketika ikan-ikan buruan mereka datang melimpah-limpah pada Sabtu dan di hari mereka tidak bersabtu ikan-ikan itu tiada datang. Demikianlah kami uji mereka kerana kefasikan mereka"(Al-a'raf : 163)

Secara lansung tema ayat ini tentang sikap dan kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar. Tetapi ada nuansa lain yang menambah kekayaan wawasan kita. Ini terkait dengan ujian.

Waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang daripada waktu hari belajar, tetapi banyak orang tak sabar menghadapi ujian, seakan sepanjang hanya ujian sahaja dan sedikit hari untuk belajar. Ujian kesabaran, keikhlasan, keteguhan dalam berdakwah lebih sedikit waktunya dibanding berbagai kenikmatan hidup yang kita rasakan. Kalau ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak dari hari belajarnya, maka sekolah tersebut dianggap gila. Selebih dari ujian-ujian kesulitan, kenikmatan itu sendiri adalah ujian. Bahkan alhamdulillah rata-rata kader dakwah sekarang secara ekonomi semakin lebih baik. Ini tidak menafikan (sedikit)mereka yang roda ekonominya sedang dibawah. Tatkala poket kekeringan dan sumber ekonomi pun belum jelas kelihatan, tatkala itulah semboyan dakwah memanggil di samping komitmen-komiten lain yang membutuhkan wang ringgit.

Boleh sahaja menolak seruan dengan alasan ingin kaya dulu, kerana orang kaya suaranya didengar orang dan kalau berdakwah, dakwahnya diterima. Tapi takut-takut nanti bila sudah kaya, kaya begitu sahaja. Begitu juga dengan yang beralasan mau study dulu, mau bekerja dulu yang akhirnya sampai sudah ada cucu baru ketemu wajahnya di masjid atau surau.

Ternyata kita temukan kuncinya, "Demikianlah Kami uji mereka kerana sebab kefasikan mereka". Nampaknya Allah hanya menguji kita mulai pada titik yang paling lemah. Mereka malas kerana pada hari sabtu yang seharusnya dipakai untuk ibadah, justru ikan datang, pada hari jumaaat jam 11.50 datang pelanggan ke kedai. Pada saat-saat jam dakwah datang orang menyibukkan mereka dengan berbagai cara. Tapi kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, seperti kapal pemecah ais. Bila kapal itu diam salju itu tak akan menyingkir, tetapi ketika kapal itu maju, sang salju membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelazatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, kerana sudah berhasil melewati ujian dan cubaan sepanjang hari

-adaptasi dari tulisan Syaikhut Tarbiyah-

No comments: